Di sebuah sekolah yang ramai dengan tawa dan semangat belajar, seorang guru Bahasa bernama Ibu Maya memiliki impian besar: ia ingin menanamkan cinta membaca di hati setiap siswanya. Namun, ia menyadari bahwa dalam dunia yang dikelilingi oleh layar ponsel dan media sosial, tugas ini bukanlah hal yang mudah. Dengan penuh semangat, ia memulai misinya.
Di dalam kelasnya, ia menciptakan sebuah sudut baca yang istimewa. Rak-rak kecil penuh warna dihiasi buku-buku dari berbagai genre. Ada novel petualangan, komik lucu, hingga buku puisi yang indah. Setiap hari, Ibu Maya mengundang siswa-siswanya untuk memilih buku yang menarik perhatian mereka, tanpa paksaan, hanya ajakan penuh antusias.
Ibu Maya juga tahu bahwa teknologi bisa menjadi sahabat, bukan musuh. Ia memperkenalkan aplikasi membaca digital dan menyarankan siswa mendengarkan audiobook. Untuk siswa yang lebih suka menonton, ia menunjukkan adaptasi film dari buku tertentu dan kemudian mengundang mereka untuk membaca karya aslinya. Hal ini membangun rasa penasaran dan mengubah kebiasaan membaca menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Tidak berhenti di situ, Ibu Maya mengadakan lomba membaca dengan tema “Jelajahi Dunia Lewat Buku”. Siswa yang berhasil membaca paling banyak buku dalam sebulan akan mendapatkan sertifikat penghargaan. Namun, lebih dari itu, setiap siswa diberikan kesempatan untuk membagikan cerita favorit mereka di depan kelas, menciptakan suasana kebersamaan yang hangat.
Dengan penuh kesabaran, ia juga menjadi panutan. Setiap minggu, ia membawa sebuah buku ke kelas dan menceritakan kepada siswanya mengapa buku itu menginspirasi dirinya. “Membaca adalah jendela dunia,” katanya sambil tersenyum. “Lewat buku, kita bisa melihat tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi, dan memahami cerita yang berbeda dari kehidupan kita.”
Pada suatu hari, seorang siswa bernama Adi, yang sebelumnya menganggap membaca itu membosankan, berdiri di depan kelas. Dengan percaya diri, ia berbagi tentang sebuah novel yang ia baca dan bagaimana cerita itu mengubah cara pandangnya terhadap persahabatan. Tepuk tangan memenuhi ruangan, dan di wajah Ibu Maya, tersirat kebahagiaan yang tak terlukiskan.
Langkah-langkah kecil Ibu Maya perlahan-lahan mengubah pola pikir siswanya. Membaca bukan lagi sebuah tugas, melainkan sebuah petualangan. Dan di sudut baca sederhana yang penuh warna itu, cinta terhadap literasi tumbuh dengan subur, siap membawa siswa-siswa itu menjelajahi dunia yang lebih luas.
Demikianlah, dari dedikasi dan kreativitas seorang guru, lahir generasi pembaca yang siap menghadapi masa depan dengan pengetahuan dan wawasan yang kaya.
.
Lihat juga: